Reborn (4) Qobiltu Nikaha

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Allaahumma shallii ‘alaa Sayyidinaa Muhammad wa ‘ala aali Sayyidinaa Muhammad.
Nastaghfirullaahal ‘adzhiim wa natuubu ilaih.
Walhamdulillaahi rabbil ‘aalamiin.


Sebelumnya Reborn (3)

Setahun sudah setelah menuliskan Reborn (1) ; Reborn (2), serta sudah 3 tahun setelah menuliskan Qobiltu Nikaha  program riadhoh pun masih terus dilanjutkan. Teringat di antara doa lulus kuliah dan mendapatkan pekerjaan, terselip juga doa untuk segera mendapatkan pasangan hidup. Menikah, impian yang dimiliki semua orang untuk menyempurnakan separuh agama.

Ikhtiar pencarian pun dilakukan, sejak tahun 2013 dan doa sudah digencarkan. Kelulusan kuliah sudah diperoleh juli 2014, pekerjaan pun diperoleh juga waktu itu. Secara financial kemandirian sudah diperoleh, usiapun saat itu sudah 24 tahun. Kemapanan memang belum dimiliki, tapi apakah harus mapan dulu baru menikah? Saat pertanyaan itu datang, segera aku ingat-ingat cerita bapak mama menikah dahulu. Mereka menikah dalam kondisi yang belum mapan, dan membangun kemapanan itu bersama. Aku ingat-ingat terus hal itu untuk memperkuat semangatku menjalankan salah satu sunah Rosul ini.

Sebenarnya Allah sudah memberi tanda-tanda, hanya saja aku belum menyadari. Berawal dari status facebook, pada bulan november 2014. Itulah pertanda pertama yang diberikan Allah. Memperkenalkan seseorang yang akan menjadi pasangan hidupku. Namun, dengan kuasan-Nya pula saat itu aku belum menyadarinya. Seseorang yang dulu sempat punya urusan saat masih menjadi ketua himasta di kampus 4 tahun lalu. Seseorang yang aku anggap hanya numpang lewat saja.

Pertemuan di facebook bulan november ternyata membuat kami sering chatingan di media sosial. Awalnya berpikiran karena sesama anak rantau dari daerah. Di bulan april 2015, saat itu kami ada rencana pulang ke klaten. Saling betukaran informasi kereta, saat itu aku masih terbiasa pulang ke semarang tempat kuliah dulu. Saat ngobrol aku minta dicarikan tiket yang langsung ke klaten, mencari tiket ini memang butuh perjuangan karena banyak sekali pembelinya. Beberapa hari kemudian aku dikabarin, jika tiket langsung ke klaten sudah habis. Kami pun bingung, akhirnya aku tawarkan. Ini tiket ke semarang masih ada harganya 60 ribu, kalo mau ke klaten tinggal naik bus lagi 2x nambah 25 ribu dan 8 ribu udah nyampe penggung. Karena memang ada agenda, temen ini mengiyakan ajakanku. Jadilah hari bersejarah itu, pertama kali Allah mempertemukan kami secara langsung.

Di stasiun senen aku bertemu dengan calonku itu. Awalnya aku berfikir akan canggung ketemu dengan orang baru. Diluar perkiraan semua mengalir saja, bahkan kami ngobrol sampai pagi tanpa terasa. Disepanjang perjalanan kereta api, aku amatin siapakah orang yang duduk disampingku ini. Disampingnya aku bisa banyak bercerita dan mengeluarkan uneg-uneg yang banyak. Aku sempat berpikir mungkin ini kebetulan saja, palingan besok jadi kaku. Saat perjalanan balik Jakarta hal diluar dugaan terjadi, kami kembali ngobrol dengan  mengalir. Mulai aku jadi tidak tenang.

3 hari berselang, pikiranku masih tidak tenang. Segera aku konsultasikan dengan guru ngaji. Setelah mendapatkan nasehat, aku beranikan diri untuk mengirim surat dan mengajak berkenalan lebih jauh pada wanita ini. Di bantu dengan guru ngaji aku, kami akhirnya melakukan proses Taaruf.

Proses Taaruf berjalan lancar dalam waktu 2 bulan kami mengambil keputusan untuk menikah. Dengan niat untuk menyempurnakan agama dan beribadah aku beranikan diri datang ke rumahnya, menemui bapak ibunya. Tepat setelah lebaran, 2 hari berselah aku dan keluarga datang untuk mengkhitbah secara resmi. Pada hari itu diputuskan tanggal pernikahan 25 Desember 2015, 6 bulan setelah khitbah itu.

Mama, Aku, Istri, dan; Bapak pada proses pernikahan 25122015
 
Alhamdulillaahi rabbil ‘aalamiin.
Allaahumma shallii ‘alaa Sayyidinaa Muhammad wa ‘ala aali Sayyidinaa Muhammad.
Presented By Konno Yuki - Jakarta, 12 Mei 2016

Kelik Isbiyantoro

| I'm Moslem, Writer, Statistician, Designer. | Humorous, Perfectionist, Artistic. | "Will be the heir to heaven Al Firdaus" |

Tidak ada komentar:

Posting Komentar