CerBung, Konno Yuki Episode 1 "Sebuah Nama"


Kisah ini mencerita kisah hidup seorang pemuda yang tinggal di desa. Meskipun orang desa tapi pemuda ini memiliki semangat tinggi dan impian besar. Dalam hidupnya tiada yang bisa membuatnya takut, kecuali Tuhan Yang Maha Kuasa. Pemuda yang kesehariannya sederhana, ramah dan senang berbagi dengan teman-teman dan tetangganya.

Pemuda ini bernama Konno Yuki , orang-orang memanggilnya konno. Putra dari pasangan suami istri Nakashima dan Michiyo ini memiliki paras tampan dan badan tegap. Bapak Nakashima adalah seorang petani, kesehariannya menggarap sawah yang menjadi warisan turuntemurun keluarganya. Meski ukurannya tidak seberapa dengan ketekunan yang dimiliki Pak Nakashima hasil persawahan itu mampu untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Sedangkan Ibu Michiyo adalah seorang ibu rumah tangga, kelembutan dan ketekunan dalam mengurus rumah dan membesarkan anak sematawayang mereka konno adalah kesehariannya. Berkat didikan dan penjagaan sang ibu konno bisa tumbuh dengan sehat dan menjadi pemuda yang tampan dan berbudi baik. 

Sekarang konno sudah menginjak dewasa, usianya sekarang 18 tahun. Pada usia seperti itu konno mulai berpikir, dalam benaknya selalu terlintas pikiran “aku harus segera hidup madiri dan bisa membantu mencukupi kebutuhan keluargaku”. Setiap malam seusai dia membantu pekerjaan bapaknya di sawah konno selalu termenung di depan gubuk kecil yang menjadi rumah tinggalnya. Suasana hening malam dan nyanyian jangkrik, kodok dan burung hantu menemani konno setiap malam. Nuansa yang damai itu bisa membatu orang yang kecapaian setelah bekerja untuk melepaskan lelahnya. Tiba-tiba dari dalam rumah terdengar suara ibu memanggil, “konno, makan malam dulu! makannya sudah siap.” Seketika itu juga konno bangun dari renungannya itu, “iya bu, konno segera masuk.”  Segera bangkit dan masuk rumah untuk makan malam bersama bapak dan ibunya. Makan malam itu terasa sangat nikmat, satu keluarga bisa makan bersama. Ibu Michiyo berkata, ”Konno ini ibu masakan jamur, di makan ya.” Konno baru ingat sore tadi saat di sawah dia menemukan jamur, dia memetiknya dan menyerahnkannya kepada ibunya. Jawab Konno, “ siap ibu ku sayang, masakan ibu pasti sangat lezat.” Akhirnya makan malam itu berlanjut dan kadang di isi dengan pembicaraan dari ketiga orang sekeluarga ini. Nuansa yang selalu bisa membuat keluarga sedehana ini nyaman untuk tinggal di gubuk sederhana meraka.

Pagi hari itu rasanya seperti biasanya tidak ada yang berbeda. Konno dan bapaknya pergi kesawah untuk bekerja, tapi hari itu karena memang sudah tidak terlalu banyak yang bisa dikerjakan di sawah kedua lelaki ini pulang sedikit lebih awal. Tengah hari mereka sudah ada di rumah meraka lagi. Bapak sesampai di rumah langsung menuju belakang rumah melihat keadaan ternak ayamnya, sebagai penghasilan tambahan Pak Nakashima memelihara ayam, saat ini ayamnya sudah cukup banyak lebih kurang ada 30 ekor ayam. Sedangkan konno meluangkan untuk membaca buku, konno sering memabaca saat dia tidak ada kerjaan di sawah. Koleksi buku konno memang tidak banyak, buku-buku itu adalah hadiah temannya Fujiwara Taiki. Konno dan Fujiwara adalah sahabat sejak kecil tapi sejak dua tahun yang lalu, fujiwara pindah ke Souma sebuah kota yang ada di ujung utara. Fujiawa pindah karena ikut dengan orang tuanya, selain itu dia belajar untuk menjadi sarjana di Souma. Maklum Keluarga Fujiwara adalah salah satu keluarga terpandang di dareah Kawazoe (daerah diamana konno tinggal). 

Saat sedang asyik membaca dari depan pintu depan terdengar ada yang mengetuk pintu. tok..tok…tok…, “ya bentar”, jawab konno. Setelah itu segera dibukaan pintu, betapa kaget konno sepeti kesambar petir di siang hari. Siang itu yang datang ke rumah adalah Fujiawara sahabat baik Konno. Dengan wajah yang berbinar segera kedua sahabat yang cukup lama tidak bertemu ini berjabatan dan berpelukan, seperti sudah lama sekali tidak bertemu. Segera konno mempersilahkan sahabat baiknya itu untuk masuk ruamah, ”Fujiwara ayo masuk, ngobrol di dalam saja, kangen sekali aku.” Meski rumah konno hanya sederhana dan berdindingkan bambu, tidak seperti rumah fujiwara yang sudah berdindingkan batu bata, tapi fujiwara sudah sangat terbiasa dengan nuansa rumah konno yang teduh dan menenangkan. “Ya, rumah ini selalu memberikan aku banyak kenangan dan ketenangan”, sahut fujiwara. “Sebentar aku ambilkan air dan sediki cemilan dulu”, kata konno. Tak lama konno membawa air putih dan ubi rebus masakan ibu untuk makan siang tadi. “Maaf ya, hanya ini yang ada di rumah ini, hasil dari sawah seperti biasanya”, kata konno sambil tersenyum. Fujiwara menjawab, ”ini yang aku tunggu, sejak aku pindah dari Kawazoe, aku tidak pernah menemukan makan seperti ini lagi. Di Souma sulit mencari makan seperti ini.” Selanjutnya kedua sahabat ini saling bercerita pengalaman mereka masing-masing konno menceritkan keadaan Kawazoe sejak fujiwara pindah, sedangkan Fujiwara bercerita pengalaman barunya tinggal di Souma.

Setelah lama bercerita, fujiwara berkata, ”konno ini aku ada oleh-oleh untuk kamu.” Segera Fujiwara mengambil sebuah barang dari dalam tas yang ia bawa, ternyata dia membawakan sebuah buku untuk hadiah kepada sahabatnya. Konno sangat senang sekali, mendapatkan hadiah buku dari sahabatnya ini “kamu ini sering sekali member aku buku, apa tidak merepotkan memberikan buku kamu ke aku, apa lagi kamu kan juga butuh buku ini”, sahut konno. Fujiwara menjawab, ”aku lebih senang berbagi ilmu dengan sahabatku yang satu ini, yang aku bisa kan hanya member kamu buku ini, dan aku harap ini bisa bermanfaat untuk kamu.” Konno jadi ingat sering sekali fujiwara memberikan buku, buku yang bertemakan dengan pertanian dan berkebun, semua buku yang pernah di baca konno selalu di praktikkan di sawahnya dan itu mampu untuk membantu meningkatkan produksi sawah keluarga konno. Setelah menjelang malam Fujiwara pamit kedapa konno, karena dia besok harus segera kembali ke Souma.

Malam harinya saat makan malam, konno membicarakan fujiwara kepada orang tua. Konno menyampaikan keinginannya untuk pergi ke Souma dan mencari kerja di sana. Setelah mendapat penjelasan dari fujiwara tentang peluang kerja di Souma, konno ingin pergi ke Souma juga. Malam itu sepertinya malam yang kurang tepat untuk menyampaikan keinginan konno, bapak Nakashima belum memberikan ijin kepada konno untuk pergi ke Souma. Ibu Michiyo pun juga belum setuju dengan keinginan putanya itu. Sekian lama berdiskusi akhirnya konno tetap tidak bisa meluluhkan kedua orang tuanya, konno harus menunda keinginannya untuk pergi ke Souma. Konno agak sedih karena belum mendapatkan ijin, tapi konno sangat menghargai keputusan orang tuanya, kalo hari ini belum mendapatakan ijin mungkin besok atau lain hari baru dapat ijinnya. “konno, besok pagi kamu anter ibu ke pasar di Chiaki ya, Ibu mau beli alat masak.” Tanya ibu Michiyo pada Konno. Saat itu konno hanya mengangguk saja, karena masih kepikiran tawaran dari fujiwara.

Pagi harinya dengan menggunakan sepeda tua milik bapak Nakashima, Konno memboncengakn ibunya untuk pergi ke Chiaki. jarak Chiaki dengan Kawazoe cukup jauh sekiat 25 km, jadi harus menggunkan sepeda perjalannanya, selain itu Chiaki adalah daerah perbukitan membutuhkan tenaga yang cukup untuk bisa sampai tujuan. Lebih kurang 1 jam perjalanan akhirnya Konno dan ibunya sampai di pasar Chiaki. Ibu Michiyo segera memilih barang yang dibutuhkan, dalam hal ini bu Michiyo sangat teliti dan sangat banyak pertimbangan dalam memilih barang, karena itu butuh waktu lama saat menemani ibu belanja. Untuk menghilangkan kejenuhan menunggu ibunya belanja, maka konno melihat-lihat barang dagangan di pasar, dari bibit tanaman, alat kebun, pupuk dan buku-buku dia datangi semua. Sekian lama berkeliling tampaknya ibu Michiyo belum selesai, sementara konno sudah agak letih menunggu ibunya belanja. Konno duduk-duduk di dekat took buku untuk menunggu ibunya belanja.

Tak lama kemudian ada sesuatu yang mengalihkan pandangan Konno. Matanya tertuju pada sebuah took buku, lama sekali dia memandangnya. Setelah itu dia mendatangi toko itu, dan melihat serta membaca beberapa buku yang di pajang. Tiba-tiba ada yang mengampiri Konno, ”silahkan di baca, atau mau sekalian beli juga boleh.” Konno kaget dan langsung melihat kebelakang ternyata ada seorang gadis cantik yang menyapanya. Gadis itu adalah anak pemilik toko yang hari itu membantu berjualan. Konno hanya tersenyum saja, dia bingung mau bilang apa (mungkin grogi karena ketemu dengan anak penjual toko). “kok diam saja mas? mau beli buku yang mana?” Tanya gadis cantik itu lagi. Dengan memberanikan diri konno menjawab, ”saya liat-liat dulu aja, kalo ada yang cocok nanti saya beli.” Dalam hati konno bingung karena sedang tidak membawa uang untuk beli buku. Gadis itu hanya tersenyum mendengar jawaban konno. Konno semakin tersipu malu, baru kali ini dia merasakan dirinya seperti ini. Dari jauh terdengar ada suara panggilan, ”Koizumi, tolong bantu bapak disini sedang ada banyak yang beli”, gadis itu berkata,” ya bapak.” Konno sadar kalo nama gadis cantik itu adalah Koizumi, setelah itu konno meninggalkan toko buku. Sesampai di luar ternyata ibu Michiyo sudah menunggu dengan barang belanjaan yang banyak.

Selama perjalanan pulang, konno selalu terbanyang wajah Koizumi. Dia mengingat setiap kata yang diucapkan koizumi. Tiba-tiba,”Konno awas, ada jalan yang rusak” sahut ibu konno. Segera konno bangun dari lamunanya, dan membanting arah sepeda untuk menghindari jalan rusak. “Maaf bu, lagi tidak mengamati jalan dengan baik. “Kamu itu, lagi perjalanan kok ngelamun. Kalo nabrak gimana coba” kata ibu. “ya dah ayo segera pulang, dah cukup sore ini, keburu bapak pulang kerumah” tambah ibu. Dengan wajah bersalah konno mengangguk dan kembali menggenjot sepedanya menuju rumahnya.

Malam harinya setelah selesai makan malam, seperti biasanya konno duduk-duduk di depan rumah. Mengamati langit dan menikmati suasana sunyi desa. Kalau biasanya dia termenung memikirkan cara bagaimana bisa mendapatkan pekerjaan atau meningkatkan produksi sawah, malam itu tersasa berbeda yang ada dipikirannya hanya seorang gadis cantik yang dia temui di toko buku Chiaki. Dia teringat-ingat namanya “koizumi...koizumi…koizumi…koizumi…koizumi”, semalaman dia terpikirkan dengan gadis itu. Tanpa sempat terpikir kenapa hal itu bisa terjadi.

Sekian dulu ya… Tunggu ceria lanjutannya ya… ^_^

Kelik Isbiyantoro

| I'm Moslem, Writer, Statistician, Designer. | Humorous, Perfectionist, Artistic. | "Will be the heir to heaven Al Firdaus" |

6 komentar:

  1. bgus...tapi ada beberapa kata yg harus diedit ulang...permainan kata juga agak kurang greget...but, i like that..semangat...ditunggu lanjutannya..

    BalasHapus
  2. ini buatan sendiri atau dari cerita jepang lik?/ hmm

    BalasHapus
  3. @nurul : makasih masukannya rul, tunggu episode ke-2 nya.
    @bu Aini: maturnuwun bu
    @arsyil : orijinal to ya sil, buatan anak klaten statistika....

    BalasHapus
  4. subhanallah bagus akhii

    man sambunngnya "
    gak sabar nihh
    hehe

    salam

    BalasHapus
  5. semoga bisa segera posting lanjutannya @novem

    BalasHapus