Satpam dan Sholat Tahajut

Assalamu’alaikum sahabat Konno, kali ini saya punya cerita yang menarik untuk disimak. Cerita ini saya dapatkan dari instruktur saat mengikuti MPKD 2 di Kendal kemarin. Dikisahkan ada seorang bapak-bapak yang tinggal di kota Jakarta, bapak ini memiliki keinginan untuk memiliki kontrakan baru yang berukuran 4 x 6 m. Sekarang, bapak ini tinggal di sebuah kontrakan sederhana berukuran 3 x 4 m. Dengan ruangan berukuran sebesar itu hanya cukup untuk ruang tamu dan kamar tidur saja, maka didesain bagian depan untuk ruang tamu dan bagian belakang digunakan tempat tidur itupun tempat tidur yang bisa dilipat agar saat selesai tidur bisa di alih fungsikan sebagai ruang makan. Sebagai kepala keluarga bapak ini ingin memberikan kenyamanan kepada keluarganya, namun apa daya penghasilannya sebagai seorang satpam hanya cukup untuk menyewa yang seperti itu. Sekarang istrinya sedang hamil anak ketiga mereka, naluri sebagai seorang ayah mendorong bapak ini untuk memiliki kontrakan yang lebih luas. “Jika anak ketigaku lahir nanti pastinya rumah ini akan terlalu sempit untuk kami berlima, aku harus bisa menyewa rumah yang lebih besar lagi minimal unuran 4 x 6 m. Agar anak ketigaku dan keluargaku bisa lebih nyaman.” , pikir bapak satpam itu. Sejenak bapak ini teringat dengan cerita temannya tentang sholat tahajud, temannya ini meraih harapannya dengan sholat tahajut secara rutin. “Bila aku juga melakukan sholat tahajut juga, mungkin aku bisa menyewa rumah ukuran 4 x 6 m, tak apalah dicoba dulu. Kalo dia bisa aku juga bisa tentunya.”, Begitu pikirnya.

Keesokan harinya bapak-bapak ini bercerita kepada rekan kerjanya sesama satpam. “Pak saya itu pengin bisa menyewa kontrakan yang lebih besar lagi dari yang sekarang, istri saya sedang hamil anak ketiga saya dan saya ingin punya rumah yang lebih luas agar keluarga saya bisa lebih nyaman lagi. Kalo anak saya lahir, dengan rumah seukuran sekarang tentu akan terasa sempit, apalagi bayi tentu tidak akan merasa nyaman dengan kondisi ini. Maka dari itu saya ingin bisa sholat tahajut rutin. Kalo mulai minggu ini saya yang jaga shift subuh gimana? Jadi jatah saya jaga siang buat kamu semua. Sebagai teman kamu bisa bantu saya kan?”, tanya bapak itu pada temannya. Sang teman menjawab, ”saya mau saja bantu kamu, tapi kamu tetep harus ijin sama bos. Bisa ilang pekerjaan kalo kita semena-mena ganti jadwal. Apalagi di Jakarta susah cari kerjaan.” Senyum nampak diwajah bapak ini, sambil menjabat tangan sahabatnya, ”terima kasih ya. Oke nanti setelah kerja aku akan mencari bos dan ijin kepadanya.” Selanjutnya mereka melanjutkan jaga pada pagi itu sampai selesai.

Sore hari itu setelah selesai bekerja, bapak tersebut segera mencari bosnya untuk meminta ijin pergantian shift. Ditemuinya sekertaris bos, “Mb bos ada di kantor? Saya ingin bertemu.” Sekertaris tersebut menjawab, ”baru saja bos pulang pak, katanya sedang ada urusan penting ketemu dengan rekan bisnisnya. Coba saja besok pak.” Karena belum bisa menemui bosnya bapak tersebut memutuskan untuk pulang.

Sore itu disebuah rumah yang mungil dan sederhana, sebuah senyum dan salam lembut menyambut kepulangan sang bapak. Sang istri sudah hafal jika hari ini suaminya pulang jam sore, di atas meja sudah disiapkan secangkir kopi hitam manis kesukaan bapak. “Rajin sekali istriku ini, selalu menyambut suaminya dengan gembira dan memberikan secangkir kopi kesukaanku. Bagaimana kabar anak kita yang akan lahir sebentar lagi ini”, kata bapak kepada istrinya. Sang istri menjawab, ”anak kita sudah mulai nakal pak, dari tadi nendang-nendang ibu terus.” Alhamdulillah berarti anak kita sehat ya bu, sambut bapak dengan wajah sumringah.

Malam hari itu bapak bercerita kepada istrinya tentang keinginannya untuk pindah kerumah yang lebih luas, serta menyampaikan kalau dia ingin sholat tahajut. “bu bapak pengin sholat tahajut, tapi bapak tidak tahu bagaimana caranya?”, tanya bapak. Istinya pun menjelaskan tentang cara sholatnya,”sholat tahajut itu dilaksanakan pada sepertiga malam terakhir pak, jumlah rakaatnya minimal 2 rakaat. Bagaimana kalo nanti sholat bareng saja?” Akhirnya suami istri itu melaksanakan sholat tahajut pada sepertiga malam terakhir hari itu. Selesai sholat sang suami berbisik pada istrinya, ”bu  bapak gak mudeng do’anya gimana. Ibu yang do’a ya, tar bapak yang amin saja. Pokoknya minta bisa dapat kontakan yang luasnya 4 x 6 m gitu aja.” Istrinya pun berdo’a dan sang bapak mengamini dengan khusuk.

Hari berikutnya bapak mencari bosnya lagi, tapi dia belum beruntung orang yang dicari ternyata sedang tugas keluar kota selama satu minggu. Selanjutnya bapak bercerita pada temannya, gimana nih dah aku cari bos tapi dia sedang pergi keluar kota. Padahal aku sangat ingin sekali bisa sholat tahajut tiap hari, jika jaga pagi maka itu mungkin sekali bisa dilaksankan. Melihat kesungguhan bapak temannya pun, memberi kesempatan, ”ya sudah gak papa. Kita tetep tukar jadwal shift tapi setelah bos pulang kamu cerita ke dia ya.”

Tiga hari kemudian, dari luar pintu rumah terdengar ada yang mengetuk pintu. Ternyata itu adalah adik bapak, segera tamu dipersilahkan masuk. “Ada perlu apa dik, mampir ke rumah mas?”, tanya bapak. Sang adik pun mulai bercerita, adik ini diterima menjadi TKI di Arab Saudi bersama suaminya. Kedatangannya kerumah adalah untuk memohon bantuan untuk menitipkan kedua anaknya selama mereka menjadi TKI. Sebagai seorang kakak, bapak sulit menolak permintaan adiknya. Bapak menjawab, “kamu kan tahu rumah mas kecil, dan untuk tinggal aku, istri dan dua anak, kalau tambah dua anak kamu apa mereka ndak masalah?” “kepada siapa lagi aku mau menitipkan anak saya mas, kan mas satu-satunya saudara saya”, jawab adiknya. Dengan iba bapak menjawab.” Ya sudah aku bicarakan dengan istri dulu, kalau dia tidak masalah maka gak papa mereka tinggal disini.” Selanjutnya bapak menyampaikan permintaan adiknya kepada istri, awalnya istrinya keberatan. Karena rumah yang kecil itu harus dibagi lagi dengan dua orang lagi. Tapi setelah mendengar penjelasan bapak, dan mempertimbangkan masak-masak akhirnya mereka menerima permintaan adiknya.

Rumah kecil itu menjadi semakin ramai. Bapak mulai sedikit resah, padahal udah minta diberi rumah yang lebih luas. Tapi malah jumlah orang yang tinggal dirumah malah bertambah, meskipun begitu bapak tetap melanjutkan sholat tahajutnya dan berharap bisa pindah ke rumah ukuran 4 x 6 m impiannya.

Seminggu berlalu, pagi itu bapak di panggil bos. Segera bapak menuju ke ruangan bosnya, dalam hatinya penuh tanya. Mau apa ya, apa mungkin aku mau di marahi bos karena aku mengganti jadwal shift tanpa seijin dia. Waduh bisa kehilangan pekerjaan aku. Setelah masuk keruangan, terlihat bos dengan wajah yang judes dan benar bapak mendapatkan omongan dan dimarahi bos. “kamu, kau piker ini perusahaane mbah kamu. Senak sendiri mengganti jadwal shift jaga tanpa ijin saya, kamu melangkahi saya sebagai pimpinan perusahaan ini. Mulai saat ini kamu dipecat.”, marah bos. “Kenapa kamu masih ada diruangan saya, segera pergi dari sini.” tambah bos. Selanjutnya bapak keluar dari ruang bos, kenapa jadi begini padahal pengin beli rumah yang lebih luas, malah kehilangan pekerjaan. Mau dikasih makan apa istri ma anak.

Sepuluh langkah bapak meninggalkan ruangan bos, bapak dipanggil kembali. “ada apa bos? Mau member pesangon sekarang?” tanya bapak.  Bos pun hanya tertawa dan berkata, kenapa wajah kamu pucat begitu? “kan saya kehilangan pekerjaan pak, saya bingung mau dikasih makan pake apa istri dan anak saya.’ jawab bapak. Tadi itu saya hanya becanda, kata bos. Sebenarnya saya sedang mencari seseorang untuk menjaga rumah saya. Minggu depan saya mau ke luar negeri dalam waktu yang lama, selama rumah itu saya tinggal saya butuh orang yang bisa dipercaya untuk menjaganya. Setelah saya mencari tahu dari sekian ratus karyawan saya, banyak yang bilang kamu adalah orang yang soleh dan baik. Karena itu saya memanggil kamu, dan menawarkan kamu untuk menjaga rumah saya, kamu juga boleh tinggal dirumah saya itu. Saya kira itu cukup luas untuk tinggal satu keluargamu. Bagaimana? “yang benar pak?, bapak masih belum percaya. Iya gaji kamu juga lebih besar dari yang sekarang, mulai minggu depan kamu sudah bisa bekerja.

Begitulah kira-kira ceritanya, ketika seseorang sudah bersungguh-sungguh, berusaha melakukan usaha terbaik dan berdo’a kepada Yang Maha Kuasa Insya’allah akan di bukakan jalan. Itu sedikit cerita dari seorang satpam, mungkin anda punya keinginan yang lebih dari bapak satpam itu. Yakinlah dan percaya akan kebesaran-Nya maka Dia akan memberikan yang lebih untuk anda. ‘Man jadda wa jadda’, siapa yang bersungguh-sungguh maka dia akan mendapatkannya.

Kelik Isbiyantoro

| I'm Moslem, Writer, Statistician, Designer. | Humorous, Perfectionist, Artistic. | "Will be the heir to heaven Al Firdaus" |

Tidak ada komentar:

Posting Komentar