Amalan Terbaik


***
Alkisah, seorang raja, memilih 3 orang di negerinya, dan dipanggilnya untuk menghadap.
3 orang ini menghadap raja. Dan raja, memberinya 3 karung, kepada masing-masing orang, 1 karung.
“Kalian isi 3 karung ini dengan buah-buahan. Penuhilah, dan bawalah kemari. Jangan pulang sebelum kalian memenuhi setiap karung yang aku berikan kepada kalian,” begitu titah raja.
Mereka semua diberi waktu, lalu berlalulah mereka dari hadapan raja.
Orang pertama, segera mencari buah-buahan terbaik. “Untuk raja,” pikirnya. “Harus yang terbaik.”
Orang pertama ini dengan segera memenuhi karungnya dengan buah-buahan terbaik. Yang manis-manis, yang masak-masak.
Orang kedua, sembarang mengisi karungnya. “Raja ga mungkin meriksa semua,” begitu pikirnya. Sebagian berisi buah-buahan bagus, sebagian berisi buah-buahan jelek, busuk, bahkan dari jenis-jenis yang pahit. Campur-campur.
Orang ketiga, lebih parah. Dia berpikir bahwa Rajanya kaya. Ga butuh buah-buahan darinya. Ngapain juga Raja menyuruhnya mencari buah-buahan dan memenuhi karung ini? Demikian pikir orang ketiga ini. Akhirnya, ia mengisi dengan lebih sembarangan lagi. ia isi pasir, batu kerikil, kayu-kayu kering, dan macem-macem sampah. Sehingga dari kejauhan tetap karung ini penuh, padahal isinya ga keruan.
***
Tibalah waktu yang ditentukan.
Mereka kemudian menghadap kembali raja. Orang pertama tersenyum, sebab ia tahu bahwa dirinya siap dan sudah melaksanakan tugas. Orang kedua, deg-degan, takut diperiksa. Orang ketiga, lebih deg-degan lagi. Demikianlah, sebab dua dari tiga orang ini, punya salah kepada Raja.
“Kalian telah mengisi karung yang aku berikan?” tanya Raja.
Mereka mengangguk.
Di luar dugaan, Raja ga meriksa karung tersebut, bahkan tidak membuka ikatannya dan tidak melihat dalamnya. Tidak yang pertama, tidak yang kedua, dan tidak dari orang yang ketiga. Melainkan Raja berkata kepada pengawal-pengawalnya... “Masukkan 3 orang ini ke penjara. Dan suruh masing-masing membawa karungnya masing-masing yang telah diisinya dengan isi masing-masing pula. Aku tidak akan memberi makan, dan kalian pun tidak diperkenankan membawa makanan. Tidak boleh juga ada di antara orang-orangnya kalian dan orang-orangnya aku yang memberi kalian makan. Untuk makan kalian selama di penjara, adalah apa yang kalian bawa di dalam karung kalian. Maka masuklah kalian, dan nikmatilah apa yang kalian siapkan untuk diri kalian sendiri.”
Orang pertama masuk penjara, dan memakan bekalnya. Buah-buahan terbaik yang ia petik. Orang kedua, harus memilih lagi yang mana bekal yang bisa dimakannya, dan yang mana bekal yang tidak bisa dimakannya. Bekalnya jelas lebih sedikit dibanding dengan bekal orang yang pertama.
Dan adapun orang yang ketiga, dia tidak menduga bahwa apa yang ia cari dan ia isi untuk karung yang dibawanya, adalah untuk kepentingan dirinya. Dikiranya untuk kepentingan Raja. Ia menyesali sejadi-jadinya. Tapi ia terlambat. Titah Raja jelas, ia juga dimasukkan ke penjara, dan hanya membawa bekal dengan apa yang dicari dan diisinya.
***

Belajar dari kisah di atas, begitu halnya dalam kehidupan kita, sering kita di minta melakukan ini itu oleh, guru, orang tua, ataupun pimpinan. Perintahnya kadang membuat jengkel, "ngapain sih nyuruh beginian". Kita tidak akan mengentahui maksud dari perintah itu sebelum kita melaksanakannya. Begitu juga perintah Allah, kita akan merasakan manfaat setelah kita melaksanakan perintah-Nya. Sebab nantinya manfaat itu akan datang kembali ke kita sendiri. Kita hanya perlu melakukan yang terbaik di semua hal. Dari kewajiban kita sebagai muslim, sebagai anak, sebagai tetangga, sebagai karyawan, sebagai guru, dan lainnya. Lakukan yang terbaik, maka balasan yang terbaik akan kita peroleh juga, untuk kita sendiri. 

Jakarta, 12 Desember 2014

Kelik Isbiyantoro

| I'm Moslem, Writer, Statistician, Designer. | Humorous, Perfectionist, Artistic. | "Will be the heir to heaven Al Firdaus" |

Tidak ada komentar:

Posting Komentar