Mencari Murobbi ( Goes to Gubug, Grobongan)

Luar biasa, kata yang mampu aku ucapan ketika aku untuk pertamakali menginjakkan kaki di desa gubug, kabbupaten grobogan. Tempat yang selama ini tidak pernah ada dalam benak pikiranku, yang telah terbisa oleh semarak metropolis kota semarang. Sebuah desa yang masih sangat kental dengan budaya kedaerahan, bisa dilihat dimana sebagiann besar penduduk bermata pencahaian dengan bertani, berkebun dan berladang.

Awalnya perjalanan itu aku jalani bersama dengan mas danir, mas barri, mas sahlan, mas putro, dan aribat. Enam orang pemuda menempuh perjalanan yang kurang lebih 2 jam, untuk berkunjung ke rumah mas Edi.

Sebuah pengalaman yang luar biasa kami alami di desa santri itu. Karen di desa gubug itu masih kental dengan budaya islam yang diajarkan oleh pemuka agam yang ada disana. Pemuda disana pun mantab-mantab dengan agenda tarbiyah yang sudah tersistem dalam masyarakat dan kondisis lingkungan yang mendukung, jauh dari bisingnya perkotaan. desa itu menjadi tempat yang sangat indah menurutku. Selain itu desa itu juga membuka mataku, teringat dengan wejangan-wejangan bapak saat aku masih kecil dahulu. Cerita perjuangan melawan kondisi lingkungan yang kurang bersahabat serta ekonomi yang tak menentu. Selama kurang lebih satu hari satu malamm di rumah mas Edi, menjadi muhasabah bagi diriku, aku yang selama ini selalu merasa kurang dan kurang menjadi tersadar. Hidup itu penuh dengan perjuangan untuk mewujudkan impian kita.

Sejenak aku berfikir tentang Bapak dirumah, aku kangen dengan cerita-cerita perjuangan bapak dalam mengarungi, menjelajahi pulau jawa ini. Dari awal bermodalkan nol hingga sampai pada kondisi saat ini. Inspirasi yang selalu ditanamkan pada diriku sewaktu aku masih kecil.


to be continue

Kelik Isbiyantoro

| I'm Moslem, Writer, Statistician, Designer. | Humorous, Perfectionist, Artistic. | "Will be the heir to heaven Al Firdaus" |

Tidak ada komentar:

Posting Komentar