Cerita ini berasal dari negeri di timur tengah, dikisahkan
ada seorang muslim yang bekerja sebagai tukang sol sepatu. Pria ini ialah orang
yang pekerja keras dan berkemauan kuat. Meski kesehariannya disibukkan oleh
pekerjaan, tapi ketaatannya pada agama Allah tetaplah yang utama baginya.
Sholatnya terjaga dengan tertib, dan juga amalan-amalan ibadah yang lain
dilaksanakan dengan baik. Pria ini memiliki sebuah cita-cita besar, dia ingin
menyempurnakan rukun imannya dengan melaksanakan rukun iman kelima. Berangkat
ke Baitullah dan melaksanakan ibadah haji ialah impian terbesarnya. Dalam
setiap do’anya dia selalu memohon agar dimudahkan apa yang dia citakan. Meski
nafkah hasil dia menjadi tukang sol sepatu tidaklah seberapa, karena kemauan
yang kuat dia mampu menyisihkan sedikit tabungan yang akan dipakai untuk
berangkat haji.
Setelah sekian lama menabung akhirnya, tabungan pria ini
sudah cukup untuk membiayai ibadah haji. Pagi itu sepeti biasanya, dia
bersiap-siap untuk berangkat bekerja. Hari itu dia melewati jalan sepeti
biasanya, tapi ada sesuatu yang berbeda pagi itu. Bau harum dari sebuah rumah
menggerakkan dia untuk mendekati kerumah itu. Setelah beberapa saat mengamati,
ternyata ada seorang ibu yang sedang memasak daging untuk keluarganya, bau
masakan yang harum membuat dia ingin mencoba masakan ibu itu. “Assalamu’alaikum, masakan anda harum
sekali. Bolehkah saya mencicipi masakan anda? Sepertinya itu sangat nikmat?”
kata sang pria. Sang ibu itu menjawab, ”maaf,
tapi makanan ini halal untuk kami, tapi tidak halal untuk anda.” “Maksud anda?”
Tanya sang pria heran. “Daging yang saya
masak ini adalah bangkai keledai yang saya temukan dijalan kemarin.”
Mendengar jawaban sang ibu pria ini kaget, timbul pertanyaan dalam dirinya
bagaimana mungkin seorang ibu begitu tega memasak bangkai untuk makanan
anak-anaknya. Selanjutnya sang pria berpamitan dan melanjutkan perjalananya.
Pria ini mulai mencari informasi tentang keluarga yang dia temui tadi, dan pada
akhirnya dia mendapatkannya. Jikalau keluarga ini mengalami masalah ekonomi,
semenjak suaminya meninggal sang ibu merawat anak-anaknya sendiri dan
menanggung biaya hidup keluarganya.
Dua bulan kemudian, musim haji tahun ini telah dimulai, para
muslim dari seluruh dunia datang ke mekah untuk melaksanakan ibadah haji.
Suasana ramai dan penuh semangat mengharap ridho Allah sangat terasa sekali. Penginapan
haji mulai ramai dengan para tamu, yang ingin berkunjung ke tempat dimana hajar
aswat berada. Malam itu semua peserta haji menikmati malamnya. Malam yang indah
dan penuh kehangatan menghiasi kota di negeri arab itu. Malam itu ada seorang
peserta haji yang bermimpi, dalam mimpinya dia bermimpi mendengar perbincangan
antara Allah dengan malaikat. Dalam mimpinya diceritakan, jikalau pada musim
haji tahun ini hanya ada satu orang yang menjadi haji mabrur. Orang itu
bukanlah dirinya, tapi seseorang yang memiliki pekerjaan sebagai seorang tukang
sol sepatu. Setelah dia terbangun dari mimpinya, sang pemuda ini ingin bertemu
dengan orang yang di bicarakan menjadi haji mabrur. Saat masih di Arab dia
mencari tukang sol sepatu, tapi dia tidak menemukannya meski dia sudah
mencarinya kemana-mana.
Selesainya periode haji, sang pemuda masih penasaran dengan
mimpinya dan melanjutkan pencariannya. Dalam hatinya dia bertekad untuk bisa
bertemu dengan sang haji mabrur tersebut. Dan Allah menjawab keinginan dari
pemuda ini. Setelah sekian lama dia mencari, ketemulah pemuda ini dengan tukang
sol sepatu haji mabrur yang ada di mimpinya. Tak ingin membuang banyak waktunya
lagi, sang pemuda mengajak tukang sol sepatu itu untuk berdiskusi. Maka
pergilah kedua lelaki ini ke sebuah rumah makan untuk berbincang-bincang.
Dengan penuh semangat sang pemuda menceritakan pengalamannya dan mimpinya
ketika berangkat haji. Sang tukang sol sepatu dengan senyum lebar dan wajah
yang berseri-seri, seakan kerinduannya ke tanah suci semakin besar mendengar
cerita pemuda ini. Sampai pada saat pemuda selesai menceritakan mimpinya dan
bertanya, “saya ingin tahu bagaimana cara
anda bisa menjadi haji yang mabrur? Sungguh saya ingin sekali seperti anda.” Pria
tukang sol sepatu itu bingung dengan pertanyaan sang pemuda, lalu dia
menjelaskan, ”saya sebenarnya sangat rindu sekali ingin berangkat haji. Saya
bahkan sudah menabung sekian lama agar bisa berangkat haji. Alhamdulilllah pada
tahun ini tabungan saya cukup untuk biaya itu. Tapi pada tahun ini saya tidak
berangkat haji, jadi ketika anda tanya seperti itu saya tidak tahu harus
menjawab menjawab apa.” Sang pemuda kaget dan melanjutkan petanyaannya, ”kenapa anda tidak jadi berangkat haji tahun
ini?” Tukang sol sepatu itu menjelaskan, “beberapa bulan lalu saat saya berangkat bekerja, saya bertemu dengan
seorang ibu yang sedang memasak daging. Masakannya harum dan saya kira itu pasti
sangat nikmat. Tapi saat saya ingin mencoba makan sang ibu melarang saya. Dia
mengatakan kalau makanan ini halal untuk dirinya tapi tidak halal untuk saya.
Karena yang dia masak ialah bangkai keledai. Sebenarnya ibu itu tidak tega
untuk memberikan makanan itu untuk anak-anaknya, tapi kondisi ekonomi
keluarganya yang memaksa dia melakukan perbuatan itu. Melihat hal itu saya
tergerak, saya tidak tega melihat kondisi keluarga ini. Maka saya putuskan
untuk mensedekahkan tabungan saya untuk keluarga ini. Agar keluarga ini bisa
makan dari makanan yang sehat lagi baik. Itulah kenapa tahun ini saya belum
berangkat haji. Jadi saya minta maaf belum bisa memberikan jawaban atas
pertanyaan anda.” Sepontan sang pemuda itu memeluk tukang sol sepatu itu,
dia kagum dengan tindakan orang yang ada dihadapannya sekarang ini. “Subhanallah, Maha Besar Allah. Mungkin
ini yang ingin diajarkan Allah dengan mimpi saya, meskipun anda tidak berangkat
haji tahun ini. Tapi anda diberi ganjaran sebagai haji mabrur oleh Allah.
Allahhu Akbar. Jadi maukah anda menemani saya untuk berangkat haji tahun depan?
Saya sangat ingin sekali anda bisa merasakan nikmatnya melaksanakan rukun iman
yang kelima .” Tukang sol sepatu itu
merasa terharu dan gembira mendengar perkataan pemuda ini. Dan akhirnya tahun
berikutnya kedua pemuda ini berangkat bersama untuk menunaikan ibadah haji.
Cita-cita dari pria tukang sepatu pun terwujud. Subhanallah.
Terima kasih buat Ervan, yang sudah mengingatkan saya dengan
cerita hikmah yang sudah lama sekali saya tidak mendengarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar