Kisah ini mencerita kisah hidup
seorang pemuda yang tinggal di desa. Meskipun orang desa tapi pemuda ini
memiliki semangat tinggi dan impian besar. Dalam hidupnya tiada yang bisa membuatnya
takut, kecuali Tuhan Yang Maha Kuasa. Pemuda yang kesehariannya sederhana,
ramah dan senang berbagi dengan teman-teman dan tetangganya.
Pemuda ini bernama Konno Yuki ,
orang-orang memanggilnya konno. Putra dari pasangan suami istri Nakashima dan
Michiyo ini memiliki paras tampan dan badan tegap. Bapak Nakashima
adalah seorang petani, kesehariannya menggarap sawah yang menjadi warisan
turuntemurun keluarganya. Meski ukurannya tidak seberapa dengan ketekunan yang dimiliki Pak
Nakashima hasil persawahan itu mampu untuk mencukupi kebutuhan keluarganya.
Sedangkan Ibu Michiyo adalah seorang ibu rumah tangga, kelembutan dan ketekunan
dalam mengurus rumah dan membesarkan anak sematawayang mereka konno adalah kesehariannya.
Berkat didikan dan penjagaan sang ibu konno bisa tumbuh dengan sehat dan menjadi
pemuda yang tampan dan berbudi baik.
Sekarang konno sudah menginjak
dewasa, usianya sekarang 18 tahun. Pada usia seperti itu konno mulai berpikir,
dalam benaknya selalu terlintas pikiran “aku harus segera hidup madiri dan bisa
membantu mencukupi kebutuhan keluargaku”. Setiap malam seusai dia membantu
pekerjaan bapaknya di sawah konno selalu termenung di depan gubuk kecil yang
menjadi rumah tinggalnya. Suasana hening malam dan nyanyian jangkrik, kodok dan
burung hantu menemani konno setiap malam. Nuansa yang damai itu bisa membatu
orang yang kecapaian setelah bekerja untuk melepaskan lelahnya. Tiba-tiba dari
dalam rumah terdengar suara ibu memanggil, “konno, makan malam dulu! makannya
sudah siap.” Seketika itu juga konno bangun dari renungannya itu, “iya bu,
konno segera masuk.” Segera bangkit dan
masuk rumah untuk makan malam bersama bapak dan ibunya. Makan malam itu terasa
sangat nikmat, satu keluarga bisa makan bersama. Ibu Michiyo berkata, ”Konno
ini ibu masakan jamur, di makan ya.” Konno baru ingat sore tadi saat di sawah
dia menemukan jamur, dia memetiknya dan menyerahnkannya kepada ibunya. Jawab
Konno, “ siap ibu ku sayang, masakan ibu pasti sangat lezat.” Akhirnya makan
malam itu berlanjut dan kadang di isi dengan pembicaraan dari ketiga orang
sekeluarga ini. Nuansa yang selalu bisa membuat keluarga sedehana ini nyaman
untuk tinggal di gubuk sederhana meraka.
Pagi hari itu rasanya seperti
biasanya tidak ada yang berbeda. Konno dan bapaknya pergi kesawah untuk
bekerja, tapi hari itu karena memang sudah tidak terlalu banyak yang bisa
dikerjakan di sawah kedua lelaki ini pulang sedikit lebih awal. Tengah hari
mereka sudah ada di rumah meraka lagi. Bapak sesampai di rumah langsung menuju
belakang rumah melihat keadaan ternak ayamnya, sebagai penghasilan tambahan Pak
Nakashima memelihara ayam, saat ini ayamnya sudah cukup banyak lebih kurang ada
30 ekor ayam. Sedangkan konno meluangkan untuk membaca buku, konno sering
memabaca saat dia tidak ada kerjaan di sawah. Koleksi buku konno memang tidak
banyak, buku-buku itu adalah hadiah temannya Fujiwara Taiki. Konno dan Fujiwara
adalah sahabat sejak kecil tapi sejak dua tahun yang lalu, fujiwara pindah ke
Souma sebuah kota yang ada di ujung utara. Fujiawa pindah karena ikut dengan
orang tuanya, selain itu dia belajar untuk menjadi sarjana di Souma. Maklum
Keluarga Fujiwara adalah salah satu keluarga terpandang di dareah Kawazoe
(daerah diamana konno tinggal).
Saat sedang asyik membaca dari
depan pintu depan terdengar ada yang mengetuk pintu. tok..tok…tok…, “ya bentar”,
jawab konno. Setelah itu segera dibukaan pintu, betapa kaget konno sepeti
kesambar petir di siang hari. Siang itu yang datang ke rumah adalah Fujiawara
sahabat baik Konno. Dengan wajah yang berbinar segera kedua sahabat yang cukup
lama tidak bertemu ini berjabatan dan berpelukan, seperti sudah lama sekali
tidak bertemu. Segera konno mempersilahkan sahabat baiknya itu untuk masuk
ruamah, ”Fujiwara ayo masuk, ngobrol di dalam saja, kangen sekali aku.” Meski
rumah konno hanya sederhana dan berdindingkan bambu, tidak seperti rumah
fujiwara yang sudah berdindingkan batu bata, tapi fujiwara sudah sangat
terbiasa dengan nuansa rumah konno yang teduh dan menenangkan. “Ya, rumah ini
selalu memberikan aku banyak kenangan dan ketenangan”, sahut fujiwara. “Sebentar
aku ambilkan air dan sediki cemilan dulu”, kata konno. Tak lama konno membawa
air putih dan ubi rebus masakan ibu untuk makan siang tadi. “Maaf ya, hanya
ini yang ada di rumah ini, hasil dari sawah seperti biasanya”, kata konno
sambil tersenyum. Fujiwara menjawab, ”ini yang aku tunggu, sejak aku pindah
dari Kawazoe, aku tidak pernah menemukan makan seperti ini lagi. Di Souma sulit
mencari makan seperti ini.” Selanjutnya kedua sahabat ini saling bercerita
pengalaman mereka masing-masing konno menceritkan keadaan Kawazoe sejak
fujiwara pindah, sedangkan Fujiwara bercerita pengalaman barunya tinggal di
Souma.
Setelah lama bercerita, fujiwara
berkata, ”konno ini aku ada oleh-oleh untuk kamu.” Segera Fujiwara mengambil
sebuah barang dari dalam tas yang ia bawa, ternyata dia membawakan sebuah buku
untuk hadiah kepada sahabatnya. Konno sangat senang sekali, mendapatkan hadiah
buku dari sahabatnya ini “kamu ini sering sekali member aku buku, apa tidak
merepotkan memberikan buku kamu ke aku, apa lagi kamu kan juga butuh buku ini”,
sahut konno. Fujiwara menjawab, ”aku lebih senang berbagi ilmu dengan sahabatku
yang satu ini, yang aku bisa kan hanya member kamu buku ini, dan aku harap ini
bisa bermanfaat untuk kamu.” Konno jadi ingat sering sekali fujiwara memberikan
buku, buku yang bertemakan dengan pertanian dan berkebun, semua buku yang
pernah di baca konno selalu di praktikkan di sawahnya dan itu mampu untuk
membantu meningkatkan produksi sawah keluarga konno. Setelah menjelang malam
Fujiwara pamit kedapa konno, karena dia besok harus segera kembali ke Souma.
Malam harinya saat makan malam,
konno membicarakan fujiwara kepada orang tua. Konno menyampaikan keinginannya
untuk pergi ke Souma dan mencari kerja di sana. Setelah mendapat penjelasan
dari fujiwara tentang peluang kerja di Souma, konno ingin pergi ke Souma juga.
Malam itu sepertinya malam yang kurang tepat untuk menyampaikan keinginan
konno, bapak Nakashima belum memberikan ijin kepada konno untuk pergi ke Souma.
Ibu Michiyo pun juga belum setuju dengan keinginan putanya itu. Sekian lama
berdiskusi akhirnya konno tetap tidak bisa meluluhkan kedua orang tuanya, konno
harus menunda keinginannya untuk pergi ke Souma. Konno agak sedih karena belum
mendapatkan ijin, tapi konno sangat menghargai keputusan orang tuanya, kalo
hari ini belum mendapatakan ijin mungkin besok atau lain hari baru dapat ijinnya.
“konno, besok pagi kamu anter ibu ke pasar di Chiaki ya, Ibu mau beli alat
masak.” Tanya ibu Michiyo pada Konno. Saat itu konno hanya mengangguk saja,
karena masih kepikiran tawaran dari fujiwara.
Pagi harinya dengan menggunakan
sepeda tua milik bapak Nakashima, Konno memboncengakn ibunya untuk pergi ke Chiaki.
jarak Chiaki dengan Kawazoe cukup jauh sekiat 25 km, jadi harus menggunkan
sepeda perjalannanya, selain itu Chiaki adalah daerah perbukitan membutuhkan
tenaga yang cukup untuk bisa sampai tujuan. Lebih kurang 1 jam perjalanan
akhirnya Konno dan ibunya sampai di pasar Chiaki. Ibu Michiyo segera memilih
barang yang dibutuhkan, dalam hal ini bu Michiyo sangat teliti dan sangat
banyak pertimbangan dalam memilih barang, karena itu butuh waktu lama saat
menemani ibu belanja. Untuk menghilangkan kejenuhan menunggu ibunya belanja,
maka konno melihat-lihat barang dagangan di pasar, dari bibit tanaman, alat
kebun, pupuk dan buku-buku dia datangi semua. Sekian lama berkeliling tampaknya
ibu Michiyo belum selesai, sementara konno sudah agak letih menunggu ibunya
belanja. Konno duduk-duduk di dekat took buku untuk menunggu ibunya belanja.
Tak lama kemudian ada sesuatu
yang mengalihkan pandangan Konno. Matanya tertuju pada sebuah took buku, lama
sekali dia memandangnya. Setelah itu dia mendatangi toko itu, dan melihat serta
membaca beberapa buku yang di pajang. Tiba-tiba ada yang mengampiri Konno, ”silahkan
di baca, atau mau sekalian beli juga boleh.” Konno kaget dan langsung melihat
kebelakang ternyata ada seorang gadis cantik yang menyapanya. Gadis itu adalah
anak pemilik toko yang hari itu membantu berjualan. Konno hanya tersenyum saja,
dia bingung mau bilang apa (mungkin grogi karena ketemu dengan anak penjual
toko). “kok diam saja mas? mau beli buku yang mana?” Tanya gadis cantik itu
lagi. Dengan memberanikan diri konno menjawab, ”saya liat-liat dulu aja, kalo
ada yang cocok nanti saya beli.” Dalam hati konno bingung karena sedang tidak membawa
uang untuk beli buku. Gadis itu hanya tersenyum mendengar jawaban konno. Konno
semakin tersipu malu, baru kali ini dia merasakan dirinya seperti ini. Dari
jauh terdengar ada suara panggilan, ”Koizumi, tolong bantu bapak disini sedang
ada banyak yang beli”, gadis itu berkata,” ya bapak.” Konno sadar kalo nama
gadis cantik itu adalah Koizumi, setelah itu konno meninggalkan toko buku.
Sesampai di luar ternyata ibu Michiyo sudah menunggu dengan barang belanjaan
yang banyak.
Selama perjalanan pulang, konno
selalu terbanyang wajah Koizumi. Dia mengingat setiap kata yang diucapkan
koizumi. Tiba-tiba,”Konno awas, ada jalan yang rusak” sahut ibu konno. Segera
konno bangun dari lamunanya, dan membanting arah sepeda untuk menghindari jalan
rusak. “Maaf bu, lagi tidak mengamati jalan dengan baik. “Kamu itu, lagi
perjalanan kok ngelamun. Kalo nabrak gimana coba” kata ibu. “ya dah ayo segera
pulang, dah cukup sore ini, keburu bapak pulang kerumah” tambah ibu. Dengan
wajah bersalah konno mengangguk dan kembali menggenjot sepedanya menuju
rumahnya.
Malam harinya setelah selesai
makan malam, seperti biasanya konno duduk-duduk di depan rumah. Mengamati
langit dan menikmati suasana sunyi desa. Kalau biasanya dia termenung
memikirkan cara bagaimana bisa mendapatkan pekerjaan atau meningkatkan produksi
sawah, malam itu tersasa berbeda yang ada dipikirannya hanya seorang gadis
cantik yang dia temui di toko buku Chiaki. Dia teringat-ingat namanya “koizumi...koizumi…koizumi…koizumi…koizumi”,
semalaman dia terpikirkan dengan gadis itu. Tanpa sempat terpikir kenapa hal
itu bisa terjadi.
Sekian dulu ya… Tunggu ceria
lanjutannya ya… ^_^
bgus...tapi ada beberapa kata yg harus diedit ulang...permainan kata juga agak kurang greget...but, i like that..semangat...ditunggu lanjutannya..
BalasHapusMenarik... ^^
BalasHapusini buatan sendiri atau dari cerita jepang lik?/ hmm
BalasHapus@nurul : makasih masukannya rul, tunggu episode ke-2 nya.
BalasHapus@bu Aini: maturnuwun bu
@arsyil : orijinal to ya sil, buatan anak klaten statistika....
subhanallah bagus akhii
BalasHapusman sambunngnya "
gak sabar nihh
hehe
salam
semoga bisa segera posting lanjutannya @novem
BalasHapus